pahlawan vs pahalawan

Monday, November 2, 2009
Jadi, orang yang berbuat sesuatu yang bernilai pahala disebut juga pahalawan. Kerena lidah Melayu menyebut pahala dengan lafal pahla, maka jadilah pahlawan istilah bagi orang yang suka berbuat baik, maju tak gentar membela yang bayar, eh yang benar.
Tapi entah sejak kapan kata pahlawan disandangkan khusus kepada jenis manusia langka yang hadirnya tak pernah disangka. Manusia jenis ini disebut jga superhero atau jagoan neon. Biasanya mereka muncul di tengah-tengah angkara murka. Jadi gampang saja buat nyari pahlawan disini. Datang saja ke tempat yang penuh dosa dan kejahatan. Di situ pasti ada pahlawanya. Tapi jangan salah, ini pahlawan versi kartun Marvel yang sudah banyak difilmkan dan dibikin sekuelnya kayak Superman, Batman,Robin, Spiderman, X-Man, dll.

Di sekolah kita punya pahlawan yang lahir di medan perang, baik pahlawan yang perang pakai senjata kayak pangeran diponegoro atau perang pakai biola alias pencipta lagu kayak Ismail Marzuki. Pahlawan jenis ini Cuma ada sekali seumur hisup kita, yaitu waktu jaman perang dulu.
So, apa sekarang bukan lagi eranya pahlawan, berhubung gelar pahlawan bersipat limited edition yang Cuma punya batman dkk, atau sudah diborong habis oleh pangeran Diponegoro dan Ismail Marzuki cs?
Kalo merujuk ke asal kata pahlawan di atas, jelas hidup ini ga akan pernah sepi dengan kehadiran para pahlawan. Mereka akan selalu ada selama semua orang mau berbuat sesuatu yang bernilai pahala. Mereka akan disebut sebagai pahalawan. Cuma, entah kenapa sebutan pahlawan itu jadi begitu elitis, angker, keramat, bahkan kadang-kadang bikin takut. Nggak semua orang bisa disebut sebagai pahlawan kecuali yang punya ilmu kebal, bisa terbang, dan gugur di medan perang. Malah ledekan “pengen jadi pahlawan lo? Iya pahlawan kesiangan…” bikin semua orang jadi keder untuk berbuat baik.
Mungkin yang bikin kata pahlawan jadi begitu bertuah dan nggak gampang disematkan di dada setiap orang adalah karena kebaikan yang dilakukan oleh seorang pahlawan adalah kebaikan yang nggak biasa? Misalnya, kalau seorang Val Kilmer (salah seorang pemeran Batman) nolong orang yang jatuh di got, semua orang akan bilang itu perbuatan yang biasa banget. Tapi, kalo Val ngumpet dulu buat ganti kostum manusia kampretnya trus datang buat kasih pertolongan, ini yang nggak biasa. Kenapa? Karena kebaikan Val yang kedua ini sudah dibalut sama kostum yang nggak biasa, trik yang memukau dan adegan yang direncanakan. Orang terkagum-kagum sama Val bukan lantaran Val nolong orang, tapi lebih pada penampilan fisik val yang aneh (ko ada orang jadi kelelawar tapi nggak bisa terbang?).
Nah, karena kebaikan kayak begini nggak bisa dilakukan oleh setiap orang, makanya dipakailah istilah pahlawan(hero) buat orang yang sanggup melakukanya. Begitu juga yang dilakukan oleh pangeran Diponegoro ketika memimpin pasukanya buat melawan Belanda. Nggak semua orang bisa melakukan keberanian kayak Diponegoro, bahkan keluarganya sendiri sekalipun. Kebaikan Diponegoro jadi makin nggak biasa ketika dia harus menanggung resiko perbuatanya yaitu diasingkan ke wilayah yang jauh dari tanah kelahiranya dan wafat disana. Diponegoro tetap konsisten, nggak nyerah dan minta dibalikin ke daerah asalnya. Ini juga yang dilakukan oleh pahlawan lain kayak Cut Nyak dhien, Syaikh Yusuf, Imam Bonjol, dll.
Tapi, diatas semua itu, kebaikan yang biasa atau nggak biasa akan kembali ke niat pelakunya. Kalau sudah begini, maka berlakulah apa yang dikatakan nabi; “innamal a’malu binniyaat” semua amal tergantung pada niatnya. Apa yang dilakukan oleh Batman dan kawan-kawanya mungkin juga termasuk dalam usaha menjaga niat amalnya. Makanya, Val Kilmer harus jadi Batman dulu baru berbuat baik, mungkin supaya perbuatanya nggak dibilang riya”. Tapi pangeran Diponegoro, Cut Nyak Dhien atau Imam Bonjol merasa nggak perlu pakai topeng dan muncul dari balik goa bawah tanah dulu baru melakukan aksinya. Berangkali karena mereka meyakini bahwa keikhlasan adalah kunci dari setiap perbuatan. Buat apa melakukan aksi kepahlawanan, baik yang pakai kostum ketat atau pakai baju gombrong, kalau niatnya nggak ikhlas??? Buat apa disebut pahlawan kalau kita nggak dapat pahala dari aksi berani yang kita lakukan?
Kalau rocker juga manusia, begitupun juga pahlawan, pahlawan juga manusia. Nggak ada pahlawan yang berasal dari bangsa dedemit atau jin kartubi. Oleh karena itu, pahlawan juga nggak berurusan sama dunia klenik. Karena urusan manusia nggak jauh dari urusan di bumi, maka pahlawan melakukan tugasnya dengan segala sifat-sifat kemanusianya. Artinya pahlawah juga bisa sedih, bisa capek, bisa lapar, bisa haus, bisa jatuh cinta, bisa ngos-ngosan (kalo lari sprint 1000m), bisa berdarah-darah (kayak nabi di perang uhud), bahkan pahlawan juga bisa mati. Yang ngga bis mati itu cuma Tuhan(tapi kenapa Tuhan nggak pernah dibilang dirinya adalah pahlawan???????).
Yang membedakan pahlawan sama tetangganya adalah kegiatan yang dilakukanya. Seorang pahlawan punya pikiran-pikiran yang besar, keyakinan yang kuat, komitmen yang dahsyat dan yang paling istimewa adalah ketulusanya yang agung. Sementara tetangganya Cuma mikirin hal-hal yang sepele, sama sekali nggak pede, komitmenya payah, dan sebentar-sebentar haus sanjungan.
Sang pahlawan merealisasikan pikiran-pikiran besarnya dengan pekerjaan yang nyata, nggak sekedar berhenti denga teori, terus-menerus bekerja biarpun nggak ada yang memuji dan nggak ada yang menggaji dan paling senang kalau hasil pekerjaanya dinikmati oleh banyak orang tanpa harus otang itu tau kalau sang pahlawanlah yang bikin pekerjaan itu. Sang pahlawan memenuhi otaknya dengan pikiran “Apalagi yang bisa saya lakukan untuk kehidupan ini?” sambil melakukan serangkaian ujicoba dengan target menemukan formula yang pas untuk pikiran-pikiranya itu. Buat pahlawan, waktu yang tersedia dalam hidup ini lebih sedikit dari kewajiban yang harus dilaksanakanya. Makanya, dia terus berbuat sekalipun sebagian tubuhnya sudah mati dan nggak heran ketika sang pahlawan benar-benar kehilangan seluruh tubuh dan nyawanya, pekerjaanya terus berjalan karena dilakukan oleh banyak orang yang merasa tercerahkan dan terinspirasi oleh pekerjaanya itu.
Nah, jadi apa itu pahala? Ini soal keyakinan dan keimanan. Makanya, konsep pahala hanya laku buat orang yang punya keyakinan dan iman. Dalam islam orang ini disebut Muttaqin(orang-orang yang bertaqwa), yang punya sipat beriman kepada yang ghaib (Allah, Malaikat, Hari Akhirat, termasuk pahala). Karena pahala bersipat ghaib, maka orang yang meyakininya membutuhkan keikhlasan (ini juga ghaib sipatnya) sebagai syarat perbuatanya bermutasi menjadi pahala. Ikhlas mengharuskan orang-orang beriman hanya berharap balasan dari Allah. Inilah yang membedakan antara orang-orang beriman dengan orang-orang yang merugi (QS Al-Hasyr) yaitu yang melandasi amalnya (makanya amalnya disebut amal shaleh). So, nggak perlu pusing kalo pengen jadi pahlawan selama kita punya iman. Yang penting kita lakukan adalah syarat-syarat dicatatnya perbuatan kita sebagai pahala yaitu keikhlasan. Karena ikhlas datangnya dari iman, maka terus saja pertebal keimanan. Mau disebut pahalawan atau pahlawan, itu bukan urusan kita. Yang penting kita ikhlas melakukanya. Iya toh….?????

0 komentar:

 

© 2010 Hi-Light - Design Google Blogs - Template N2y Sedikit Mirip By Nano Yulianto